Rabu, 19 Januari 2011

Menelusuri Jejak Agama Kolonial di Indonesia


[imagetag]


Benarkah kolonialisme telah berakhir di negeri ini sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan 1945? Pertanyaan yang masih patut untuk terus digugat oleh bangsa ini. Meskipun penjajahan fisik kolonial telah berakhir, namun tidak berarti tanpa menyimpan bias dan pengaruh terhadap perilaku, watak dan keagamaan bangsa Indonesia.

Bangsa ini boleh saja *****ikkan kemerdekaan 17 Agustus, yang diperingati setiap tahun. Tapi bukan berarti ”penjajahan” telah usai. Praktik penindasan dan peminggiran sebenarnya masih ada di negeri ini. Negara (penguasa) tampaknya dalam hal ini dapat pula dikatakan sebagai subyek dominan yang tanpa sadar ”menerjemahkan” praktik-praktik kolonialisme dalam kebijakannya.

Dalam konteks politik keagamaan, dapat disebutkan misalnya, ”pendisiplinan” terhadap ajaran agama yang ”benar” dan yang dianggap ”salah”, termasuk melakukan kontrol terhadap keyakinan keagamaan yang dianggap ”sesat”. Otoritas penghakiman oleh negara (kuasa) dalam konteks politik keagamaan merupakan bagian politik kolonial, yang tanpa disadari memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter dan mental bangsa ini.

Sejarah mencatat, kolonialisme pernah ratusan tahun mencengkram negeri ini. Kurang lebih tiga setengah abad. Dari kedatangan sebagai pedagang kemudian menjadi imperialis, dilakukan kolonial untuk menguasai teritorial nusantara. Letupan perlawanan oleh bangsa ini pun terjadi ketika kekerasan imperialisme mulai menindas dan berkeinginan menguras kekayaan tanah jajahannya.

Diantara tokoh kolonial (Belanda) yang memiliki peran besar terhadap sejarah imperialisme di negeri ini adalah Christiaan Snouck Hurgronje. Tokoh politik Belanda ini merupakan politisi kolonial yang dalam pemikiran politiknya untuk menguasai masyarakat nusantara lebih banyak mempresentasikan strategi perang dengan pendekatan keyakinan (agama).

Menurut Snouck, untuk menekan perlawanan penduduk jajahan tidak perlu secara terus-menerus dengan senjata. Dialah tokoh yang merekomendasikan pemetaan politik kepada Pemerintah Belanda untuk meredam perlawanan masyarakat. Baginya, Pemerintah Belanda harus memisahkan (pemecahan) masyarakat dari gerakan-gerakan perlawanan yang mengusung spirit Islam Politik. Dalam pemikiran politiknya, Snouck tidak melihat bahaya apa pun dari perlawanan masyarakat yang terjajah, selain kefanatikan beragama (Islam). Karena itu, dalam penelitian awalnya terhadap perang di Aceh 1891, Snouck sangat berkeyakinan gerakan-gerakan perlawanan paling berbahaya dan mengancam kekuasaan kolonial adalah umat Islam (nusantara) yang fanatik.

Politik ”Penjinakan” Politik Snouck yang memfokuskan pada pemisahan praktik keagaman umat Islam sangat berpengaruh terhadap ”mentalitas” keyakinan umat Islam kemudian. Materi pengkatagorian dari urusan ubudiayah (ibadah), muamalat (hubungan sosial), hingga gerakan Islam politik (perang sabil), menjadi stategi baru pemerintah kolonial menguasai negeri ini. Snouck yang pernah mengenyam pendidikan di Mekkah, berkeyakinan bahwa persoalan ubudiyah dan muamalat umat Islam sangat sensitif untuk ditekan. Karena itu, dia pun menyarankan kepada Pemerintah Belanda untuk mengawasi dan mengontrol aktivitas umat Islam yang mengarah pada kegiatan politik. Namun sebaliknya, ”membebaskan” umat dalam melaksanakan kegiatan ubudiyah dan muamalat.

Untuk menyukseskan proyeknya, Snouck pun merumuskan strategi perang, yang dalam sejarah disebut-sebut dengan gaya politik ”belah bambu” (tipudaya, pen). Yakni, siasat pemisahan (pemecahan) aktivitas umat Islam dari urusan ibadah, muamalat, dan politik. Dalam upaya meredam segala bentuk perlawanan umat, Snouck kemudian menyarankan pemerintah kolonial merekrut umat Islam (tokoh, ulama, masyarakat) dalam struktur kekuasaan Belanda. Disinilah awal ”penjinakan” dan ”pembungkaman” daya kritis umat Islam dibangun terhadap kolonialisme. Snouck tidak menginginkan umat Islam mengadopsi ajaran agama sebagai kritik sosial.

Selain melakukan pemisahan urusan agama dan politik. Snouck juga meminggirkan umat Islam dari keingintahuan misi politik kolonial, termasuk proyek penjajahan di nusantara. Puncaknya, Pemerintah Belanda melakukan pendisiplinan terhadap aktivitas dan pemahaman agama umat. Kebebasan agama diatur, diadministrasi, dan dikontrol. Demikian halnya, Produk hukum Islam dipilah, diseleksi dan disesuaikan dengan selera penguasa. Islam masa kolonial adalah Islam yang diciptakan untuk ”sujud” dan loyal terhadap kekuasaan Pemerintah Belanda. Watak Agama Kolonial Pengawasan, pendisiplinan, pengontrolan, dan pencatatan terhadap aktivitas ibadah umat Islam adalah bagian watak politik agama kolonial.

Pada prinsipnya, politik yang diterapkan seorang Snouck adalah politik sekulerisme dan liberalisme keagamaan. Misi peminggiran agama dari urusan politik memang sengaja didesign Snouck agar daya kritis umat Islam dapat diatur dan diredam. Penelusuran gaya politik kolonial semacam ini sebenarnya dapat dilakukan melalui pendekatan orientalisme. Dan lebih tegasnya, politik keagamaan Pemerintah Belanda lebih banyak dihantui kecurigaan berlebihan terhadap aktivitas umat Islam. Dalam konteks ini, Belanda sebagai representasi Barat adalah subyek yang mencengkram dan menjejali budaya dan pemikiran umat jajahan (obyek) dari berbagai doktrin sekuler dan liberal. Akibatnya daya kritis umat tertekan.

Sekulerisme dan liberalisme yang lebih sederhananya bisa dikatakan sebagai gerakan (isme) yang memetakan ideologi agama dan ideologi negara serta membebaskan (memecahbelah, pen) posisi, institusi, simbolisasi agama dari partisipasi kritik sosial, merupakan grand design proyek politik agama imperialisme untuk meredam ”penyalahgunaan” penerapan ajaran agama. Implikasi dari penerapan politik tersebut adalah pemandulan atau penjinakkan partisipasi politik atas nama agama yang berlebihan. Beberapa misal, dalam konteks perkembangan Islam di Indonesia adalah penciptaan term Islam Kota dan Islam Desa, Islam Modern dan Islam Tradisional, Islam Liberal dan Islam Radikal, Islam Fanatik dan Islam Moderat, serta sejumlah istilah pilahan, warna, dan wajah Islam di negeri ini.

Dimasa Orde Baru (Orba) pun gaya pemikiran politik keagamaan ala kolonialisme pernah pula diterapkan. Kendati tidak secara terang-terangan mengadopsi pemikiran politik agama kolonial, Orba dapat dikatakan telah berhasil meredam gairah politik umat Islam melalui kebijakan (politik) akomodasi. Kebijakan akomodasi atau ”penyerapan” aspirasi politik Islam dilakukan sebagai strategi negara mengambil hati umat Islam. Akomodasi dilakukan negara baik secara struktural dengan merekrut ulama dalam birokrasi pemerintahan, maupun institusional dan konstitusional seperti pelembagaan simbol-simbol agama dan menyerap serta menyeleksi (kompilasi, pen) sejumlah teks hukum Islam dalam konstitusi.

Politik keagamaan pasca kolonial dapat pula digedor melalui pendekatan postcolonial studies. Ahmad Baso, dalam bukunya, Islam Pascakolonial: Perselingkuhan Agama, Kolonialisme, dan Liberalisme, pernah menggeledah adanya pengaruh besar watak keagamaan kolonial terhadap perkembangan budaya dan institusi Islam di Indonesia. Baso dalam tesisnya tersebut, mengungkapkan (temuannya) adanya pengaruh kolonialisme terhadap pemahaman keberagamaan umat Islam Indonesia. Terutama dalam gaya berfikir liberal dan rasa ketakutan (dibuat-buat) terhadap keyakinan agama sendiri. Dan tidak itu saja, dalam tulisannya tersebut, Baso juga membongkar adanya budaya superior Barat yang telah mempengaruhi psikologi dan pola fikir umat dengan sejumlah kepentingannya Post kolonial dalam konteks menelusuri pengaruh watak keagamaan kolonial, lebih ditekankan pada implikasi pemikiran politik agama ”tuan tanah” terhadap perkembangan pemahaman umat Islam pasca kolonialisme.

Melalui pendekatan teori tersebut, adanya pengaruh dan kuasa kolonial kemudian ”diraba” untuk dipaparkan ke permukaan. Jejak adanya pengaruh politik agama ala kolonialisme dalam aktivitas dan budaya umat Islam di negeri ini memang harus terus ditelusuri. Setidaknya, beberapa paparan contoh terkait implikasi pemikiran politik agama Snouck, seperti telah disebutkan, dapat menjadi awal pembongkaran watak keagamaan Islam Liberal dan Sekuler di Indonesia.

wongcilongok 20 Sep, 2011


www.isugosip.blogspot.com

Label

AA Gym Acha Septriasa Ade Nurul Adelia Adhee Wendhy Adhitya Putri Adinda Bakrie Adinia Wirasti AdSense Agnes Monica Agni Pratistha Ahmad Dhani Aida Saskia Ajeng Inez Nugroho Ajeng Kamaratih Alice Norin Aline Tumbuan Aliya Sachi Allannys Weber Alyssa Soebandono Amel Aming Ananda Mikola Andy Soraya Angel Lelga Angelina Sondakh Angeliq Anggun Anissa Pohan Anita Hara Anna Dearhart Anne J Cotto Anniversary Anya Dwinov Ardilla Erneste Ardina Rasti Ariel Peterpan Arumi Buchin Aryani Fitriana Asmirandah Astrid Artiasari Atiqah Hasiholan Aura Kasih Ausia Marvella Ayu Anjani Ayu Azhari Ayu Garasi Ayu Oktasari Ayu Ting Ting Ayudia Bing Slamet AYusitha Baby Margaretha Baim Wong Bali Bella Shaphira Berita Hot big brother Btari Karlinda Bunga Citra Lestari Bunga Zainal Carissa Puteri Carissa Putri Catatan si Boy Catherine Wilson Cathy Sharon Chacha Marisa Chantal Della Concetta Chantal Dewi Hehuwat Chantika Ramona Felder Charly ST12 Cheche Kirani Chef Juna Chelsea Olivia Wijaya Cherry Belle Cheverly Amalia Chika Christina Santika Cici Paramida Cinta Laura Citibank Clara Adheline Supit Community Connie Constantia Cornelia Agatha Curhat Cut Memey Cut Tari Cynthia Lamusu Cynthiara Alona Dahsyat Dara Davina Veronica Debby Sahertian Deby Ayu Demian Denada Tambunan Derbi Romero Deriell Jacqueline Desi Florita Desi Novitasari Dewi Aida Dewi Dewi Dewi Persik Dewi Sandra Dewinta Bahar Dhea Imut Dhini Aminarti Diah Permatasari Dian Sastro Diana Pungky Dinda Kanya Dinda Kirana DJ Milinka Dominique Agisca Diyose Dwi Andhika Dwi Putrantiwi Efek Rumah Kaca Elsa Krasova Emma Kurnia Emma Purnama Emma Warokka Endhita Enno Lerian Enny Beatrice Eno Netral Eva Ajeng Permana Eva Arnaz Eva Asmarani Eva Celia Latjuba Facebook Fahrani Fake Chika Farah Quinn Febby Caroline Feby Febiola FFI 2008 Fifi Buntaran Fitri Fitria Rachmadhina Five Minutes Band Five-V Rahmawati Fiza Fla Tofu Fransoa Gemala Hanafiah Girindra Kara Gita Gutawa Gita Sinaga Gosip Artis Guest Star Hair Happy Salma Humor Ihsan Idol Imaniar Imey Indah Kalalo Indovision Indy Rahmawati Inez Tagor Inneke Koesherawati Intan Erlita Intan Nuraini Intan RJ Inul Daratista Irfan Bachdim Jennifer Dunn Jenny Chang Jessica Iskandar Jill Gladys Joana Alexandra Joanna Alexandra Jodi Ann Paterson Joko Anwar Julia Perez Julia Roberts Julie Estelle KapanLagi.com Kerenina Sunny Halim Keyla Anea Kiki Amalia Kiki Fatmala Kiki Pritasari Kiki Widyasari Kimberly Ryder Kinaryosih Kirana Larasati Koleksi Foto celebrities Indonesia KPK Krisdayanti Kristina Ladya Cheryl Lakon Lala Laudya Cinthya Bella Laura Basuki Laura Muljadi Linda Aditya Lola Amaria Louisa Kusnandar Love Story Lucyana Milinka Luna Maya Lutfiana Ulfa Lyra Virna Magdalena Maia Ahmad Maissy Pramaisshela Manik Wiratamidjaja Manohara Odelia Pinot Marcella Zalianty Maria Eva Maria Ozawa Mariana Renata Marissa Haque Mark Lewis Marlin Taroreh Marsha Timoty Marshanda Masayu Anastasia Maureen Mayangsari Maylaffayza Wiguna Mbah Surip Melina Melinda Melly Zamri Melvy Noviza Men Magazines Mentari Merantau Merry Putrian Meutya Hafid Mey Chan Michael Jackson Mieke Amalia Mikha Tambayong Mita Miyabi Model Momo Geisha Monica Oemardi Movies Mulan Jameela Mulan Kwok Music Nabila Syakieb Nadia Nadia Rachel Nadia Saphira Nadia Vega Nadila Nadine Chandrawinata Nafa Urbach Natalie Foxy Naughty Naysilla Mirdad Nia Ramadhani Nicholas Saputra Nike Ardilla Nikita Willy Nimas Dewantary Nindy Nira Amartha Nita Talia Noni Annisa Ramadhani (Donita) Nova Eliza Novie Amalia Nyomi Marcella Obama Oka Antara Olga Lydia Olla Ramlan Pandji Paramitha Rusady Pasha Ungu Patricia Oktavia Pevita Eileen Pearce Pingkan Mambo POLRI Poppy Bunga Poster Prita Laura Profil Seleb Project Pop Puput Melati Putri Penelope Putri Raemawasti Putri Titian Asih Rachel Rachel Maryam Raditya Dika Raffi Ahmad Rahma Azhari Raline Shah Ramadhan Rani Juliani Rara Wiritanaya Ratna Galih Ratna Listy Ratu Felisha Rebecca Red Carpet Rene Revalina S. Temat Reynavenzka Rianti Cartwright Rieke Indrianty Rika Tolentino Kato Rin Sakuragi Rini Idol Wulandari Ririn Dumin Ririn Dwi Ariyanti Ririn Marinka Risty Tagor Rossa Sabai Morscheck Sabria Kono Sandra Dewi Sandra Olga Sania Sara Louisa Sarah Azhari Saykoji Scandals Senk Lotta Shandy Aulia Shanty Sheila Marcia Sherina Munaf Sheza Idris Shimah Shinta Shireen Sungkar Shopia Latjuba Sigi Wimala Sinta and Jojo Sisca Adrian Sissy Priscilla Siti Anizah Slamet Rahardjo SMASH SNSD Social Networking Soraya Hylmi Stachy Lubis Stevani Nepa Suster Ngesot Syahrini Syahrini. Krisdayanti Taffana Dewi Tamara Bleszynski Tania Putri Tasya Tera Patrick Terry Luana Irmalia Terry Putri Tessa Kaunang Tessa Mariska Thalita Latief The Master The Police The raid The Virgin Thefanie Florina Tia Azhari Tiara Lestari TiaTanaka Tika Putri Tips Titi Kamal Titi Sjuman Tony Blank Tora Sudiro Tracy Trinta Trio Macan Twitter Artis Tya Aristya Tyas Mirasih Uli Auliani Ussy Sulistiawaty Vanessa Vega Darwanthy Velove Vexia Kaligis Vena Melinda Victoria Tjong Video Vienna Lopez Vina Panduwinata Vira Yuniar Virnie Ismail Vivian Alamsyah VJ Cathy VJ Daniel VJ Franda VJ Marissa Web dan Teknologi Widy Soediro Nichlany Widya Willy Dozan Wiwid Gunawan Wulan Guritno Yana Aprilia Yasmine Leeds Wildblood Yeyen Lidya Yoviana Yuanita Yulia Rachman Yuni Shara Zaskia Adya Mecca Zivanna Letisha Siregar
 

isu Gosip Powered by Blogger