![[imagetag]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh5bdxsHjl09adrLlm38v7DolboBYe8-XiYEJuccQthoj2BNMLT_hF9qL3MuWbv0BQSvINz67dgtnxUEyAvGW6XwBWfev4AHsMHDLS-0btl0aJ3F78RKKlMZH6A1JPmBdtGoLCx-CEYAHj/s1600/Bernapas+Dalam+Lumpur,+Tonggak+Film+Seks+Indonesia.jpg)
(Foto: Bernapas Dalam Lumpur)
Reporter: Renatha Setiani
- Bernapas Dalam Lumpur, Tonggak Film Seks Indonesia | Film Bernapas dalam Lumpur adalah tonggak lahirnya film-film panas penuh adegan seks di Indonesia. Inilah film yang pertama kali menonjolkan seks, adegan pemerkosaan dan dialog kasar.
Film ini muncul tahun 1970 dan sempat menimbulkan kontroversi. Di Bandung, bahkan sempat dilarang diputar oleh Kodim. Bernapas dalam Lumpur diadaptasi dari sebuah novel karya Asbari Nurpatria.
Film Bernapas dalam Lumpur dibintangi oleh Rachmat Kartolo dan Suzanna. Garis ceritanya, Supinah, kemudian bernama Yanti (diperankan Suzanna) terpaksa meninggalkan anaknya di kampung untuk mencari suaminya yang sudah lama berusaha di Jakarta.
Harapannya pupus ketika tahu suaminya sudah menikah lagi, dan malah mengusirnya. Terlunta-lunta di kota ia terperangkap masuk jaringan perdagangan wanita. Pertemuannya dengan Budiman (Rachmat Kartolo), anak orang berada yang bertaruh dengan kawan-kawannya agar membawa pacar pada suatu pesta, adalah awal dari perubahan perjalanan hidup Supinah.
Film ini juga yang meroketkan Suzanna, nama lengkapnya Suzana Martha Frederika van Osch asal Magelang. Belakangan dia spesialis pemeran hantu di film horor. Pada masa kecil, Suzana pernah mendapat penghargaan sebagai bintang anak terbaik pada Festival Film Asia di Tokyo. Dia ditemukan oleh mendiang Usmar Ismail dan main film pertama kali dalam film Tiga Dara. Ketika itu usianya 15 tahun.
Sosiolog Arief Budiman dalam salah satu tulisannya, menyebut Turino Junaidy pintar mengelakkan gunting sensor dengan membuat adegan-adegan yang merangsang secara erotis tanpa menjadi pornografis. Tidak ada buah dada yang telanjang, tidak ada adegan pantat wanita dari belakang. Hanya tampak celana dalam yang dilepaskan tanpa kelihatan manusianya.
Di balik film ini adalah Turino Junaidy, sineas handal yang berpulang pada Maret 2008. Dia lahir di Pidie, Aceh pada 1927 dan merantau ke Jakarta sekitar 1950-an. Menurut sejarawan Rosihan Anwar dalam Petite Histoire 3, Turino Junaidy sebenarnya aktor biasa-biasa saja. Hoki didapatnya setelah memproduksi Bernapas dalam Lumpur pada tahun 1970 hingga laris manis.
Setelah Bernapas dalam Lumpur, kemudian muncul film-film sejenis yang menonjolkan seks seperti Tiada Maaf Bagimu, Manager Hotel dan Di Balik Pintu Dosa. Film berbumbu seks menjadi tontonan laris saat itu.
Pada tahun 1991, film Bernapas dalam Lumpur kembali dibuat Turino dalam versi yang baru. Bintangnya adalah Meriam Bellina dan Rano Karno (kini wagub Banten). Hanya saja, film ini gagal mengulang kesuksesan Bernapas dalam Lumpur versi pertama. Film ini diterima dengan biasa-biasa saja tanpa menghasilkan ledakan di pasar seperti kisah 21 tahun sebelumnya.
www.isugosip.blogspot.com