Semakin menyempitnya ruang hidup bagi Orang Rimba (Suku Anak Dalam) di sekitar Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Jambi, menjadi ancaman kepunahan etnis komunitas suku terasing ini.
"Dahulu, Orang Rimba mampu mempertahankan kesejahteraan dalam kawasan hutan yang bagus. Makanan dan tanaman obat-obatan melimpah. Namun, kondisi telah jauh berubah," kata Kristiawan, Fasilitator Kesehatan dari Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, di Kota Jambi, Jumat (16/3/2012) .
Kris melanjutkan, masyarakat tidak hanya kehilangan sumber pangan dan obat, namun juga sumber air.
Sebagai contoh di wilayah Kelompok Tumenggung Terap, sungai yang menjadi sumber air masyarakat setempat selalu kering di musim kemarau, dan berwarna cokelat di musim penghujan. Padahal menurut para orang setempat, sungai itu dulunya sangat jernih.
"Sejak musim bebalok (pembalakan) yang berlanjut dengan hadirnya perusahan-perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri), sungai itu nyaris tak bisa digunakan lagi," jelasnya.
Daya dukung ekologis bagi Orang Rimba terus menurun, dan berada dalam kerentanan. Sumber makanan dari hutan yang kian menipis, interaksi dengan masyarakat luar yang kerap merugikan orang rimba, serta sulitnya menjangkau akses pelayanan kesehatan, membuat Orang Rimba berada dalam tekanan yang hebat.
"Faktor buruknya kesehatan, memicu tingginya tingkat kematian. Sangat mungkin, 10 tahun atau 20 tahun ke depan, etnis Orang Rimba menghilang," kata Kristiawan.
sumber : kompas.com
up2det 16 Mar, 2012
www.isugosip.blogspot.com