Dengan harapan bisa memberikan manfaat lebih besar, banyak orang memilih suntik vitamin C. Bukan hanya tidak praktis karena harus datang ke dokter, Bagi anda yang berniat melakukan suntik vitamin C ada baiknya apabila mengetahui Manfaat Suntik Vitamin C dan efek yang ada sesudah suntik Vitamin C itu sendiri
Suntik vitamin C dikatakan berisiko tinggi karena bisa memicu nekrosis atau kematian jaringan. Risiko tersebut bisa terjadi apabila ada kesalahan dalam teknik penyuntikan, sehingga tidak langsung masuk ke pembuluh darah. Vitamin C yang nyasar ke jaringan otot atau lemak di sekitar lokasi penyuntikan bisa menyebabkan nekrosis atau kematian jaringan.
Menurut Dr Fiastuti, suntik vitamin C baru dibutuhkan jika seseorang memiliki masalah dengan saluran pencernaan sehingga tidak bisa menoleransi vitamin C yang sifatnya asam. Melalui alur Suntikan, vitamin C dapat langsung masuk pembuluh darah sehingga tidak memicu gangguan pencernaan. Kalaupun ada, keluhan yang biasanya muncul adalah diare dan kembung. Kekhawatiran bahwa pemberian vitamin C dosis tinggi dapat menimbulkan batu ginjal pun tidak relevan karena banyak laporan ilmiah membantahnya. Terapi dengan vitamin C tidak menyebabkan pembentukan batu ginjal. Bahkan pemberian sampai 10 gr per hari tidak menunjukkan tanda-tanda pembentukan batu ginjal.
Namun jika tidak memiliki gangguan semacam itu, maka sumber vitamin C lainnya lebih dianjurkan. Bahkan jika memungkinkan, Dr Fiastuti menganjurkan agar vitamin C didapatkan langsung dari buah-buahan seperti pepaya, mangga, jeruk, nenas dan kiwi. Walaupun begitu, setelah disuntik vitamin C dosis tinggi, seseorang dianjurkan untuk banyak minum. Perlu diketahui, keberadaan vitamin C dosis tinggi dalam tubuh dapat mengganggu penyerapan zat nutrisi lainnya, seperti selenium (salah satu unsur mineral yang penting untuk tubuh), dan copper (enzim penting untuk penyerapan zat besi), sehingga tubuh pun perlu mendapatkan tambahan suplemen zat-zat nutrisi tersebut untuk mengatasinya.
Buah yang memiliki kandungan vitamin C dalam kadar tinggi adalah buah-buahan yang matangnya alami. Meski demikian, buah yang diperam juga tetap memiliki kandungan vitamin C dan yang jelas tetap memiliki kandungan lain yang bermanfaat terutama serat.
Dr Fiastuti tidak menganjurkan buah-buahan yang matang karena 'Instan' semisal pematangan menggunakan proses pengarbitan, atau menggunakan bahan kimia tertentu. Menurutnya, bahan-bahan kimia itu bisa meresap ke dalam buah, lalu ikut termakan dan menimbulkan keracunan baik dalam jangka pendek maupun akumulatif dalam jangka panjang.
Suntik vitamin C dikatakan berisiko tinggi karena bisa memicu nekrosis atau kematian jaringan. Risiko tersebut bisa terjadi apabila ada kesalahan dalam teknik penyuntikan, sehingga tidak langsung masuk ke pembuluh darah. Vitamin C yang nyasar ke jaringan otot atau lemak di sekitar lokasi penyuntikan bisa menyebabkan nekrosis atau kematian jaringan.
Menurut Dr Fiastuti, suntik vitamin C baru dibutuhkan jika seseorang memiliki masalah dengan saluran pencernaan sehingga tidak bisa menoleransi vitamin C yang sifatnya asam. Melalui alur Suntikan, vitamin C dapat langsung masuk pembuluh darah sehingga tidak memicu gangguan pencernaan. Kalaupun ada, keluhan yang biasanya muncul adalah diare dan kembung. Kekhawatiran bahwa pemberian vitamin C dosis tinggi dapat menimbulkan batu ginjal pun tidak relevan karena banyak laporan ilmiah membantahnya. Terapi dengan vitamin C tidak menyebabkan pembentukan batu ginjal. Bahkan pemberian sampai 10 gr per hari tidak menunjukkan tanda-tanda pembentukan batu ginjal.
Namun jika tidak memiliki gangguan semacam itu, maka sumber vitamin C lainnya lebih dianjurkan. Bahkan jika memungkinkan, Dr Fiastuti menganjurkan agar vitamin C didapatkan langsung dari buah-buahan seperti pepaya, mangga, jeruk, nenas dan kiwi. Walaupun begitu, setelah disuntik vitamin C dosis tinggi, seseorang dianjurkan untuk banyak minum. Perlu diketahui, keberadaan vitamin C dosis tinggi dalam tubuh dapat mengganggu penyerapan zat nutrisi lainnya, seperti selenium (salah satu unsur mineral yang penting untuk tubuh), dan copper (enzim penting untuk penyerapan zat besi), sehingga tubuh pun perlu mendapatkan tambahan suplemen zat-zat nutrisi tersebut untuk mengatasinya.
Spoiler:
Buah yang memiliki kandungan vitamin C dalam kadar tinggi adalah buah-buahan yang matangnya alami. Meski demikian, buah yang diperam juga tetap memiliki kandungan vitamin C dan yang jelas tetap memiliki kandungan lain yang bermanfaat terutama serat.
Dr Fiastuti tidak menganjurkan buah-buahan yang matang karena 'Instan' semisal pematangan menggunakan proses pengarbitan, atau menggunakan bahan kimia tertentu. Menurutnya, bahan-bahan kimia itu bisa meresap ke dalam buah, lalu ikut termakan dan menimbulkan keracunan baik dalam jangka pendek maupun akumulatif dalam jangka panjang.
pemake 05 May, 2011
www.isugosip.blogspot.com