PESONA sejarah Kota Tua Jakarta seakan tertutup dengan banyaknya pedagang kaki lima serta bangunan tua yang tidak dirawat. Belum lagi kesemerawutan jalan, menjadikan keindahan pesona sejarahnya tidak lagi tampak.
Ketua Harian Paguyuban Wisata Kota Tua dan Pengelola Pinangsia Plaza, Jacky Sutiono, mengatakan bahwa sebenarnya permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan membuat sebuah anggaran khusus. Namun, katanya, setiap ada usulan tentang anggaran, pihak Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta, selalu menyebutkan tidak ada.
"Buat sebuah anggaran yang diperuntukkan bagi revitalisasi Kota Tua, tapi semua itu tidak akan terjadi karena dapat dana dari luar, dikorupsi, sedangkan buat anggaran khusus, alasannya selalu tidak ada duitnya," katanya ketika ditemui wartawan di Glodok, Jakarta Utara, baru-baru ini.
Jacky menjelaskan, tata kota dan pengatur rute kendaraan jalan pun makin semrawut, sebut saja jalur busway yang semakin menambah kemacetan di Beos (Asemka). Kota Tua bahkan dijadikan tempat perlintasan yang membuatnya terlihat kumuh. Siang hari dipenuhi mobil dan pedagang kaki lima sedangkan malam hari menjadi tempat wisata malam kelas pinggiran.
''Untuk masalah kesemerawutan jalan, saya melihat perlu ada ring road di Kota Tua. Kendaraan yang hanya ingin melintas tidak harus lewat bawah, tapi hanya mereka yang mau ke Kota Tua. Sedangkan untuk penataan pedagang kaki lima (PKL), ada baiknya semua PKL direlokasi dalam satu tempat'' tegasnya.
Dia menggambarkan, salah satu solusinya adalah by pass dari Jalan Kemukus-Pangeran Jayakarta lalu dari Asemka–Mangga Dua. Dengan ini, Kota Tua diharapkan bisa lebih tertata, sebelum membenahi bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah panjang itu.
"Saya pikir, pemerintah tidak melihat dan tidak berpikir saat membuat rute. Kota Tua tempat perlintasan, kemacetan di mana-mana,'' tandasnya.
Jacky menambahkan, kalau memang ingin merealisasikan janji revitalisasi Kota Tua Jakarta, dua hal utama yang harus dilakukan, di antaranya pembenahan traffic management dan parkir. Pembenahan juga meliputi Museum Fatahillah.
"Misalnya dipagari seperti Monas, mengelilingi bangunan supaya lebih tertata. Pedagang kaki lima dan kendaraan tidak sembarangan masuk, sebab selama ini makin semrawut saja kondisi sekitar museum. Banyak pengasong dan pemulung menjadikan museum tempat tinggal," tutupnya.
sumber : okezone.com
up2det 09 Mar, 2012
www.isugosip.blogspot.com