Dalam bahasa Bali, omed-omedan bermakna tarik-menarik. Proses omed-omedan diawali dengan memisahkan pemuda dan pemudi menjadi dua kelompok. Kemudian satu persatu pasangan di arak dan saling berpelukan dan berciuman. Mesti rutin di gelar, tidak sedikit peserta wanita tampak malu-malu. Sebaliknya peserta pria justru antusias sehingga mengundang tawa penonton.
Bayu salah seorang peserta pria mengaku malu tapi tidak apa-apa untuk melestarikan budaya leluhur. Sementara Dewi Sukma seorang peserta wanita mengaku malu karena ciuman.
Dalam acara omed-omedan ini, usia peserta dibatasi. minimal SMP dan belum lulus kuliah dan belum menikah. Selain itu, semua peserta diwajibkan menggunakan pakaian adat khas Bali.
Erwin Suryadharma, Kabag Humos Pemkot Denpasar mengungkapkan bahwa tradisi ini adalah juga ajang silaturahmi bagi setiap warga. Dulu warga sini sebagian besar adalah petani yang sibuk bekerja di sawah sehingga waku bertemu tetangga sangat sedikit. Kondisi sekarang juga sama. Sehingga acara omed-omedan ini sanagat baik untuk terus dilestarikan.
Asal usul festival ciuman massal ini berasal dari cerita rakyat pada jaman dulu. Konon saat itu Raja Puri Oka sedang sakit keras dan tidak ada tabib istana yang bisa menyembuhkan sakitnya. Pada hari raya Nyepi, masyarakat di Puri Oka mengelar acara omed-omedan (tarik-tarikan). Karena suasana begitu meriah maka tercipta kegaduhan yang membuat Raja yang sedang sakit marah besar.
Bermaksud menghentikan acara, sang Raja berjalan terhuyung-huyung keluar istana. Dan ajaib sang raja tiba-tiba sembuh setelah melihat acara omed-omedan tersebut. Akhirnya Raja mengeluarkan titah agar acara omed-omedan harus digelar setiap tahun setelah upacara Nyepi
Tradisi cium-mencium omed-omedan sudah berlangsung sejak abad 17. Dan terus dilaksanakan setiap usai perayaan hari raya upacara Nyepi. Selain menjaga kebersamaan, warga khawatir akan terjadi petaka jika tradisi ini dihentikan.
Moga ga repost y gan .
www.isugosip.blogspot.com