TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekian lama malang melintang di dunia akting dan presenter, Luna Maya kini menyibukkan diri di dunia baru yakni sebagai sutradara dan produser film.
Film "Pintu Harmonika" yang tak lama lagi masuk bioskop adalah garapan terbaru Luna. Bagaimana kisahnya?
Ini tiga kisah tentang manusia yang harus tinggal di ruko. Di lantai atas kehidupan dan di lantai dasar penghidupan.
Cerita pertama datang dari ruko paling ceria karena hubungan akrab dan hangat antara Rizal, sang anak, dan Firdaus, sang ayah.
Namun di balik keakraban ini, Rizal tidak mampu menjadi dirinya sendiri di dunia maya.
Permasalahan timbul saat dia jatuh cinta dengan Cynthia, siswi cantik nan idealis serta mandiri, dan ia harus membantu Cynthia menggalang dana untuk kompetisi tari sekolahnya.
Untuk menarik perhatian Cynthia, Rizal memanfaatkan kepopuleran dan pesonanya untuk penggalangan dana, serta dalam waktu bersamaan terus berbohong tentang keluarganya
Cerita berikutnya dibuka dengan Juni, gadis di bangku SMP, dan Niko sang ayah, yang sedang membuka pintu rukonya.
Berbeda dengan Rizal, hubungan Juni dan Niko dingin. Juni memang tidak pernah merasa betah di rumah.
Niko sang ayah hanya memikirkan pekerjaan. Juni melampiaskan semuanya di sekolah dengan membully adik kelas. Namun kelakuan Juni dalam bullying sudah kelewat batas, saat adik kelasnya, Manda, jatuh tersungkur. Padahal Manda adalah anak Kukuh,
pelanggan setia Niko yang baru saja memesan 10 lusin baju, dengan opsi tambahan 10 lagi jika kantornya menyetujui.
Juni harus berhadapan dengan keluarganya dan usaha keluarganya yang terancam bangkrut.
Cerita terakhir ada di dalam ruko milik Imelda. Perempuan awal 30-an ini tinggal bersama David anaknya yang masih
kelas 3 SD. Toko Imelda itu sebenarnya cukup terkenal dengan kue malaikatnya.
Strategi pemasaran lewat Facebook juga lumayan berjalan. Hanya saja pelanggannya berkurang jauh karena Imelda tidak bisa membuatkan senyum pada setiap kue malaikat yang ia buat. Seperti kuenya, senyum seperti sudah hilang dari wajah Imelda.
Ia lebih banyak melamun, seperti putus asa menjalani kehidupannya, atau kembali menonton permainan piano David, anak semata wayangnya. Imelda sendiri ingin terus menjadi ibu yang baik bagi David dengan segala rutinitasnya, tapi selalu terasa ada jarak dengan David.
Semua makin membingungkan ketika Imelda sering mendengar suara-suara aneh di atas rukonya dan David ketakutan. Imelda berusaha menjalani dan menyelesaikan semuanya, walaupun semuanya semakin buntu baginya.
http://www.tribunnews.com/2013/05/06/pintu-harmonika-film-tentang-cinta-dan-prahara-di-rumah-toko