TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harus optimis! Begitu David Khalik menanggapi pendapat banyak orang yang menyebut Daerah Pemilihan Jakarta III sebagai grup neraka karena sejumlah pesohor maju untuk menjadi anggota DPR RI.
Sebut saja, sejumlah politisi incumbent seperti Ketua DPR Mazuki Alie (Demokrat), Achmad Dimyati Natakusumah (PPP), Tantowi Yahya (Golkar), Effendi Simbolon (PDI Perjuangan), Adang Daradjatun (PKS).
Kolega David di dunia entertainment juga ikut bersaing seperti Mat Solar (PKB), Jane Shalimar (NasDem), Ida Daniar Royani (PAN), Jeremy Thomas (PAN), dan bekas atlit renang nasional Richard Sambera (PDI P).
"Orang boleh menyebut dapil ini grup neraka. Tapi saya belum pernah ke neraka. Makanya saya nothing to lose saja," begitu cerita David menanggapi persepsi orang atas dapil ini kepada wartawan ditemui di Jakarta, Jumat lalu.
Meski popularitasnya sebagai seorang selebritis, bukan berarti David berdiam diri. Sejumlah agenda turun gelanggang untuk menyapa diri pemilih di Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu dilakukannya.
Ia mengaku tak canggung di tengah kultur masyarakat yang cukup plural. David sudah cukup akrab mengingat di lingkungan Grogol cukup kental dengan berbagai lapisan masyarakat berbeda suku, adat dan kebiasaan.
Masih panjangnya waktu bersosialisasi sebelum kampanye terbuka, David sudah memiliki strategi dengan menentukan beberapa titik yang harus didatanginya untuk daerah Jakarta Barat, seperti Grogol, dan Tomang.
"Memang tidak perlu kampanye pun mereka sudah tahu saya. Tapi yang paling penting bagi saya adalah silaturahim personal daripada harus memasang poster, baliho. Setidaknya saya tambah teman dan saudara. Jadi nothing to lose," ujarnya.
Pemeran Bung Hatta dalam film dokumenter Tokoh Bangsa ini tak terdorong memusingkan dana kampanye di tengah caleg lain sudah buka-bukaan menyiapkan nominal cukup besar. "Saya masih awam dan lugu untuk itu," tukas David.
Ia mengaku, komunikasi politik yang ditempuhnya lewat silaturahim. David tak ingin langsung ujug-ujug memperkenalkan diri maju sebagai anggota dewan. Langkah ini diambil karena belajar dari pengalaman, tak sedikit caleg berjanji tapi hanya di bibir.
"Mendekati tokoh masyarakat memang iya. Silaturahim. Misinya adalah bukan untuk kampanyenya, saya lebih mengobrol dulu deh. Ketika datang, kebanyakan mereka mengingatkan, kalau jadi caleg jangan banyak janji," kenang David ketika turun bersosialisasi.
Di tengah menemui masyarakat untuk bersosialisasi, David melihat banyak celah kosong yang tidak dilakukan pemerintah selama ini, seperti pendidikan, kesehatan, perhatian terhadap lansia, anak muda.
Selama bersosialisasi, David mengaku menggunakan mesin partai dan tim suksesnya. Karena lebih mengedepankan silaturahim, pendekatan lebih awal yang dilakukannya lewat pendekatan personal. Ia enggan membawa atribut Hanura sebagai kendaraan politiknya maju ke Senayan.
"Saat ini kita belum ke arah situ, nanti saja. Apa yang dibolehkan sekarang silaturahim saja dulu. Biar nanti enggak dianggap mencuri start. Silaturahim tanpa membawa bendera partai bisa saja dilakukan," ujarnya.
David yang sedang merintis usaha sepatu olahraga ini mengakui memiliki jalan politik setelah terinspirasi dari proklamator Bung Hatta. Sebagai tokoh bangsa, David melihat bagaimana Bung Hatta tampil sederhana dan mencatat seluruh perjalanan dinas kenegaraannya.
Gaya hidup sederhana Bung Hatta, ia ketahui langsung dari catatan uang perjalanan dalam negeri yang tercatat rapi. Meski ada sisa uang perjalanan, Bung Hatta memilih mengembalikan ke negara karena lebih membutuhkan itu.
"Bung Hatta idola saya. Pemikiran Bung Hatta saya suka banget seperti dari demokrasi kita. Itu benar-benar menginspirasi. Kalau Indonesia terapkan cita-cita founding father, saya kira bisa lebih maju dari sekarang," ujarnya.
http://www.tribunnews.com/2013/05/05/aktor-david-khalik-sosialisasi-sambil-silaturahim