TRIBUN LAMPUNG/Perdiansyah
Legenda hidup musik Indonesia, Iwan Fals menggebrak di panggung konser Top Concert With Iwan Fals and Band , malam di Lapangan Parkir, Saburai, Enggal, Bandar Lampung Sabtu (20/4/2013) Iwan menyendandungkan lagu lawas berjudul Suara Hati dengan diiringi Gamolan alat musik tradisi asal lampung sebagai lagu pembuka.Selain lagu tersebut, sang maestro bakal membawakan total 24 lagu pada kesempatan Top Concert with Iwan Fals and Band ini. Lampung merupakan kota kedua, dari total 15 kota yang bakal dikunjunginya. (TRIBUN LAMPUNG/Perdiansyah)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Waktu hampir menunjukkan pukul 12.00 malam. Musisi legendaris Iwan Fals makin menggila memeriahkan acara Pelabuhan Indonesia Award 2013, Selasa (30/4), di Hotel Mulia, Jakarta. Tampil dengan lima musisi pendamping, Iwan Fals menggebrak sejak awal. Lagu-lagu seperti "Bento", "Bongkar", hingga "Pesawat Tempur" diperdengarkan.
Saat jeda lagu, berkali-kali Iwan Fals menyentil pelabuhan. "Wah, orang pelabuhan banyak uangnya, nih," ujarnya. Tamu yang hadir, mulai dari kalangan operator pelabuhan hingga "raja-raja kapal" Indonesia, sontak tertawa.
Dihalangi properti panggung, Iwan justru sulit berkoordinasi dengan para musisinya. Spontan dia berkomentar, "Beginilah pelabuhan. Kejaaam!"
Seusai menyanyikan lagu "Pesawat Tempur", Direktur Utama Indonesia Port Corporation (IPC) RJ Lino tiba-tiba melompat ke atas panggung. Dia "merebut" mikrofon dari Iwan Fals. "Begini, ya. Menurut saya, lirik lagu-lagu tadi terlalu banyak kritiknya. Negara kita sedang membangun. IPC sedang membangun. Kang Iwan, saya sarankan lebih banyak membuat lagu yang membangkitkan semangat," kata Lino berapi-api.
Iwan sedikit tertegun. Para tamu juga terkejut dan sedikit cemas menantikan tanggapan Iwan Fals. "Ya, beginilah pemimpin ini," ujar Iwan Fals santai, memuji RJ Lino. Sontak para tamu tertawa lepas dan bertepuk tangan. Iwan Fals dan RJ Lino juga saling menepuk bahu sambil tertawa lebar.(RYO)
http://www.tribunnews.com/2013/05/04/iwan-fals-dan-bos-ipc-rebutan-mikrofon-gara-gara-kritik-lagu