KOMPAS.com - Hanya dalam sekejap sepatu karya para perempuan ini melejit di pasaran. Melalui sepatu yang mengusung keunikan lokal, mereka sanggup menembus pasar internasional.
"Mirip Cinderella. Dia menemukan pangeran lewat sepatu, sedangkan saya jalan-jalan hingga mancanegara karena sepatu," kata Lianna Gunawan yang baru saja meraih penghargaan Cartier Women's Innitiative Awards 2012.
Penghargaan itu diraih Lianna karena kreativitasnya menciptakan sepatu La Spina. Ia meraih hadiah modal bisnis 20.000 dollar AS dan mendapat pendampingan dari Cartier untuk pengembangan usaha.
Meski baru memulai bisnis sepatu pada akhir 2009, Lianna kini sudah mengirim ratusan pasang sepatu ke beberapa negara. Ia mengawali dengan menembus pasar Jepang. Saat ini ia sedang mempersiapkan kerja sama pembuatan sepatu seragam bagi awak kabin Garuda Indonesia dan mengerjakan pesanan sepatu dari Namibia.
Mirip La Spina, sepatu lokal berlabel Kloom juga diminati hingga mancanegara. Usaha yang dirintis oleh Nadia Mutia Rahma pada 2009 itu (baca: Sukses Jadi Eksportir di Usia Muda) telah merambah pasar di sejumlah negara, seperti Inggris, Norwegia, Amerika Serikat, dan Denmark.
Tingginya permintaan terhadap sepatu Kloom bisa disaksikan di gerai Kloom Clogshop di Bumi Serpong Damai ataupun di stan bazar di North Skywalk Pondok Indah Mall (PIM). Pada Jumat (12/4/2013), anjungan bazar Kloom di PIM tak pernah sepi pembeli yang mayoritas kaum muda. Pencinta sepatu La Spina juga dengan mudah memilih sepatu favorit di mal-mal terbesar di Jakarta.
Lahirnya label baru seperti La Spina dan Kloom turut membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. La Spina yang awalnya hanya memiliki dua tukang, kini telah mempekerjakan lebih dari 15 tukang. Dari satu tukang, Kloom juga kini mempekerjakan 14 orang.
Kental Indonesia
Saat ini terdapat lebih dari 50 jenis koleksi La Spina bergaya anggun dan elegan dengan sentuhan tradisi yang kental Indonesia. Awalnya Lianna hanya memanfaatkan bahan kain batik koleksinya untuk desain sepatu. Ketika itu ia menggunakan batik Garut yang berwarna cerah.
Selain batik, koleksi sepatu La Spina menunjukkan keberagaman Indonesia. Sepatu-sepatu cantik ini dihiasi batik Lasem, sutra dari Minahasa, songket Palembang, dan ulos Batak. Harga jual sepatu bervariasi antara Rp 200.000 dan Rp 1,2 juta.
Jenis sepatu pun sangat beragam, mulai dari sepatu datar, wedges, hak setinggi 5-13 sentimeter, hingga sepatu anak. Sebanyak 90 persen bahan baku dari Indonesia. Untuk bahan baku kayu mahoni yang diolah menjadi sangat ringan, Lianna bekerja sama dengan Perum Perhutani agar asal kayu bisa terdeteksi.
Dengan konsep Uniquely Indonesia dan slogan Indonesia in Every Step, Lianna ingin mempromosikan budaya Indonesia. Salah satu sepatu edisi terbatas yang hanya dibuat sepasang untuk setiap ukuran kaki terjalin dari anyaman tikar dan dilapisi kain tenun Pinawetengan asal Minahasa.
Sepatu Kloom juga mengangkat keunikan sepatu kayu tradisional Indonesia dengan slogan Everyday Exotic Foot. Di Jawa, misalnya, terdapat sandal kayu tradisional yang disebut teklek yang bisa dipadukan dengan konsep modern. Nadia dan ibundanya, Nurdiyanti (47), lantas membuat sandal kayu dengan bahan baku kayu lokal, seperti mahoni dan sampang.
Sepatu kayu dengan desain seperti kelom Tasikmalaya atau bahkan sepatu kayu ala Jepang dan Swedia itu dipadukan dengan kulit yang diimpor dari Australia. Untuk menambah kenyamanan, La Spina juga mengimpor sebagian kecil bahan baku, seperti hak sepatu, kulit sintetis, dan aksesori.
Nurdiyanti mempercantik produk kayu Kloom dengan kain batik, brokat, ataupun tenun tradisional. Sepatu bermotif parang warna-warni, misalnya, dibuat dengan bahan baku batik tulis. Saat ini mereka sedang melayani pesanan sepatu Kloom dari Malaysia dan Kuwait.
Melejit cepat
Seusai melahirkan pada 2009, Lianna memutuskan berhenti dari pekerjaannya di sebuah perusahaan multinasional untuk fokus sebagai ibu rumah tangga. Lianna yang sangat gemar mengoleksi sepatu ini lantas menjadi lebih sering berbelanja online.
Namun, sepatu yang dipesan online itu sering tidak sesuai dengan foto yang ditawarkan. Lianna lalu iseng mencoba menjadi reseller alias makelar untuk sepatu yang dibuat berdasarkan pesanan (customized). Lianna merintis usahanya dari lantai ruang tamu apartemen sembari mengasuh anak.
Sebagai makelar sepatu, Lianna kesulitan memantau kualitas produksi sepatu. Padahal pesanan sepatu semakin membanjir dari dua pasang sepatu menjadi 20 pasang per bulan.
Lianna lantas nekat membuka bisnis sepatu sendiri. Ia berkeling ke desa-desa di Bogor dan Bandung untuk mencari perajin sepatu berkualitas yang bisa diajak bekerja sama. "Dimulai dari dua tukang," kata Lianna.
Lianna menyetok produksi hingga 150 pasang sepatu. Ia beruntung bisa memasarkan produk sepatu yang diberi label La Spina itu untuk pertama kalinya di ajang Inacraft 2011. "Saya buru-buru bikin kartu nama. Ratusan pasang sepatu ludes terjual," ujarnya.
La Spina lalu mendapat penghargaan Inacraft Award sebagai produk terbaik pilihan editor. Berselang satu bulan, La Spina memenangi Lomba Desain Sepatu Wanita Terbaik yang digelar Kementerian Perindustrian dan langsung ditawari kerja sama dengan pengusaha ritel lokal.
Beberapa bulan setelahnya, La Spina ditunjuk mewakili UKM Indonesia pada Asean Japan Center dan Asean Korean Center. Dari pameran di Tokyo, Osaka, dan Seoul itu peluang menjajaki pasar ekspor menjadi terbuka.
Jika La Spina meroket setelah terlibat dalam Inacraft, Kloom mulai dikenal pasar sejak ikut ajang Pekan Mode Jakarta pada 2009 lalu. Produk Kloom cukup beragam mulai sepatu datar hingga sepatu hak setinggi 15 sentimeter dengan rentang harga mulai Rp 250.000 hingga Rp 900.000. "Perkembangannya pesat karena produk kami lain dari yang lain," ujar Nurdiyanti.
Tidak hanya mengandalkan faktor keberuntungan, baik La Spina maupun Kloom terus berusaha berinovasi menjaring pasar baru, misalnya dengan memasukkan program La Spina on Tour untuk merambah pasar perusahaan.
Adapun Kloom setiap dua pekan membuat model baru atau setidaknya meluncurkan warna baru. Kesetiaan pelanggan tercipta dengan mengandalkan ujung tombak kenyamanan.
(Mawar Kusuma)
Sumber: Kompas Cetak
Editor :
Dini
http://female.kompas.com/read/xml/2013/04/29/08204195/Uniknya.Sepatu.dengan.Sentuhan.Tradisi